TUGAS
BULAN 2
1.
Pilihan Kata (Diksi)
2.
Kalimat Efektif
3.
Alinea
Tika Apriyani
18113907
3KA17
UNIVERSITAS GUNADARMA
PTA 2015/2016
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar
Belakang
Pilihan kata
(diksi) pada dasarnya adalah hasil dari upaya memilih kata tertentu untuk
dipakai dalam kalimat, alinea atau wacana. Pemilihan kata akan daoat dilakukan
bila tersedia sejumlah kata yang artinya hampir sama atau mirip. Pilihan kata
adalah kemampuan membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna dari gagasan yang
ingin disampaikan.
Dalam
sebuah penulisan, terdapat kalimat efektif yang berguna menimbulkan kembali
gagasan-gagasan kepada pendengar atau pembacanya seperti apa yang dimaksudkan
oleh penulis.
Susunan dari
kalimat efektif akan menyatu menjadi sebuah alinea atau paragraf. Oleh karena
itu, bagi penulis wajib mengetahui mengenai penjelasan alinea.Alinea adalah
bagian dari wacana yang berisi satu gagasan pokok dan dapat diikuti oleh
kalimat-kalimat penjelas. Alinea yang baik selalu berisi ide pokok. Ide pokok
itu merupakan bagian yang integral dari ide pokok yang terkandung dalam
keseluruhan karangan. Alinea biasa digunakan sebagai pengantar atau peralihan
dari satu bab ke bab lainnya.
I.2 Rumusan Masalah
Dari latar
belakang pada tulisan ini, dirumuskan beberapa masalah mengenai bahasa
Indonesia sebagai berikut :
1. Apa
saja fungsi dan makna serta syarat dalam pemilihan kata?
2. Apa
saja prinsip dan contoh dari kalimat efektif?
3. Bagaimanakah
penjelasan mengenai Alinea?
I.3 Tujuan
Dalam tugas ini
saya akan menjelaskan mengenai Pemilihan kata, kalimat efektif, dan alinea.
BAB
II
PEMBAHASAN
II.1 PILIHAN KATA (DIKSI)
II.1.1 Pengertian Pilihan Kata
Pilihan
kata (diksi) pada dasarnya adalah hasil dari upaya memilih kata tertentu untuk
dipakai dalam kalimat, alinea, atau wacana. Pemilihan kata akan dapat dilakukan
bila tersedia sejumlah kata yang artinya hampir sama atau bermiripan. Ketepatan
pilihan kata mempersoalkan kesanggupan sebuah kata yang dapat menimbulkan
gagasab-gagasan yang tepat pada imajinasi pembaca atau pendengar. Persoalan
ketepatan pilihan kata dari daftar kata itu akan menyangkut pulsa masalah makna
kata dan kosa kata seseorang, sehingga dari daftar kata itu dipilih satu kata
yang paling tepat untuk mengungkapkan suatu pengertian. Tanpa menguasao sediaan
kata yang cukup banyak, tidak mungkin seseorang dapat melakukan pemilihan atau
seleksi kata.
Penggunaan
kata dalam berbagai kesempatan harus sudah diperhitungkan ketepatan serta
kesesuaiannya. Ketepatan ialah hal yang menyangkut makna, logika dan kesamaan
maksud. Sedangkan kesesuaian adalah kecocokan dengan konteks sosial; apakah
kata-kata yang dipilih atau dipakai dapat diterima oleh masyarakat, pendengar
atau pembaca. Terutama yang lebih penting adalah apakah pilihan kata yang
dipakai sudah merupakan pilihan kata yang baku.
Gorys
Keraf (2002) mengemukakan beberapa point penting tentang diksi :
Pilihan
kata atau diksi mencakup pengertian kata-kata mana yang harus dipakai untuk
mencapai suatu gagasan, bagaimana membentuk pengelompokan kata-kata yang tepat
atau menggunakan ungkapan-ungkapan dan gaya mana yang paling baik digunakan
dalam suatu situasi.
Pilihan
kata adalah kemampuan membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna dari gagasan
yang ingin disampaikan dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai (cocok)
dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki kelompok masyarakat pendengar.
Pilihan
kata yang tepat dan sesuai hanya dimungkinkan oleh penguasa sejumlah besar kosa
kata atau perbendaharaan kata bahasa itu. Sedankan yang dimaksud pembendaharaan
kata atau kosa kata suatu bahasa adalah keseluruhan kata yang dimiliki suatu
bahasa.
Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia, diksi adalah pemilihan kata yang tepat dan
selaras dalam penggunaannya sehingga dapat memberikan kesan atau maksa sesuai
dengan harapan. Adapun fungsi diksi :
II.1.2 Fungsi Diksi
1)
Mudah
Dipahami
Pemilihan
diksi yang tepat dan selaras akan memudahkan pembaca atau pendengar lebih mudah
dalam memahami arti kata atau makna kalimat yang ingin disampaikan. Pemilihan
diksi dilakukan dengan memperhatikan situasi yang sedang berlangsung.
Misal,
dalam menulis buku cerita yang memiliki tujuan anak-anak remaja sebagai sasaran
pembaca, maka gunakanlah kta-kata sederhana yang mudah dipahami dengan demikian
pesan moral yang ingin disampaikan akan sampai pada hati pembaca. Begitu pula
misalnya saar rapat yang mana suasana adalah formal maka gunakan kata-kata yang
baku, sesuai aturan EYD. Dengan
demikian, hal-hal yang tidak diinginkan dapat dihilangkan.
2)
Mendapatkan
Tujuan
Dengan
menggunakan diksi yang tepat, maka peluang untuk mendapatkan tujuan lebih
besar. Hal ini karena komunikasi yang berlangsung sangat efektif selain itu pemilihan
kata yang sesuai dengan suasana resmi ataupun tidak resmi akan menciptakan
ekspresi tertentu yang dapat menyenangkan pendengar atau pembaca.
·
Melambangkan gagasan yang diekspresikan
secara verbal
·
Membentuk gaya ekspresi gagasan yang
tepat (sangat resmi, resmi, tidak resmi) sehingga menyenangkan pendengar atau
pembaca
·
Menciptakan komunikasi yang baik dan
benar
·
Menciptakan suasana yang tepat
·
Mencegah perbedaan penafsiran
·
Mencegah salah pemahaman
·
Mengefektifkan pencapaian target
komunikasi
Kata
yang digunakan menunjukkan makna yang ingin diutarakan. Namun demikian,
seringkali kata yang digunakan memiliki arti yang berbeda dengan makna itu
sendiri. Oleh karena itu, sebelum menutuskan untuk menggunakan diksi yang akan
digunakan, maka harus pembicara atau penulisa harus memahami makna dan relasi
kata. Menurut Chaer, makna dapat dibedakan menjadi :
II.1.3 Makna Pemilihan Kata
Makna adalah hubungan antara lambing
bunyi dengan acuannya. Makna merupakan bentuk response dari stimulus yang
diperoleh pemeran dalam komunikasi sesuai dengan asosiasi maupun hasil belajar
yang dimiliki.
Ujaran manusia itu mengandung makna
yang utuh. Keutuhan makna itu merupakan perpaduan dari empat aspek, yakni
pengertian, perasaan, nada, dan amanat. Memahami aspek itu dalam seluruh
konteks adalah bagian dari usaha untuk memahami makna dalam komunikasi.
a)
Makna Denotasi dan Makna Konotasi
Pengertian makna denotasi adalah makna kata yang mengacu atau
menunjuk pengertian atau makna yang sebenarnya. Makna denotasi merupakan makna
yang sesuangguhnya yang sesuai dengan pengertian Kamus Besar Bahasa Indonesia. Contoh
kalimat Denotasi :
·
Adik
kecilku sangat suka menggigit jari.
·
Tangan
Reno terkena api, ketika bermain api.
·
Adik
duduk di kursi empuk yang terbuat dari busa.
Pengertian makna konotasi adalah makna kata bukan sebenarnya
atau makna lain yang mungkin hanya dimengerti beberapa orang saja. Contoh
kalimat konotasi lainnya sebagai berikut :
·
Gayus
sedang duduk di kursi pesakitan. (kursi pengadilan)
·
Daniel
bagaikan musuh di dalam selimut. (orang yang berkhianat)
·
Mukhlis
hidup sebatang kara. (sebatang kara : sendirian/tanpa keluarga)
b)
Makna Leksikal dan Makna Gramatikal
Pengertian makna leksikal adalah makna kata sebagai lambing
benda, peristiwa, obyek, dan lain-lain. Makna ini dimiliki unsure bahasa lepas
dari penggunaan atau konteknya. Misalnya :
Kata tikus bermakna “binatang pengerat yang bisa menyebabkan
penyakit tifus”. Makna ini akan jelas dalam kalimat berikut.
·
Kucing
makan tikus mati.
·
Tikus
itu mati diterkam kucing.
·
Panen
kali ini gagal akibat serangan tikus.
Jika kata tikus pada ketiga kalimat di atas bermakna
langsung (konseptual), maka pada kalimat berikut bermakna kiasan (asosiatif).
·
Yang
menjadi tikus di kantor kami ternyata orang dalam.
Pengertian makna gramatikal adalah makna kata yang muncul
sebagai akibat hubungan antara unsure-unsur gramatikal dalam satuan gramatikal
yang lebih besar. Makna yang menyatakan makna jamak, menunjukkan suatu jumlah.
Contoh makna gramatikal :
·
Ada
buku-buku baru di perpustakaan. (artinya banyak buku baru yang datang ke
perpustakaan.
c)
Makna Referensial dan Nonreferensial
Pengertian makna referensial adalah makna kata yang mengacu atau
menunjukkan kepada sesuatu. Contoh makna referensial adalah :
·
Buku
Biologi ada di rak no.7. Kata “rak no.” merupakan frase yang menunjukkan makna
referensial.
Pengertian makna nonreferensial adalah makna kata kebalikan dari
kata referensial. Contoh makna nonreferensial adalah :
·
Baru
saja aku membaca buku itu, tetapi aku lupa meletakannya. Kata “tetapi”
merupakan kata yang menunjukkan makna nonfererensial.
d)
Makna Konseptual dan Makna Asosiatif
Pengertian
makna konseptual adalah makna kata yang menunjukkan
deskripsi kata tersebut. Contoh makna konseptual adalah :
·
Pangeran pergi menunggang unta. Kata
“unta” memiliki makna konseptual yaitu binatang gurun berkaki empat yang dapat
dijadikan sebagai alat transportasi.
Pengertian
makna asosiatif adalah makna kata yang menunjukkan
hubungan yang terkait dengan kata tersebut. Contoh makna asosiatif adalah :
·
Kata merah memiliki hubungan berani
sedangkan kata merpati dihubungkan (asosiasi) dengan kesetiaan.
e)
Makna
Kata dan Makna Istilah
Pengertian
makna kata adalah makna kata yang akan terlihat
jelas ketika kata tersebut digunakan dalam sebuah kalimat. Contoh makna kata :
·
Kata “dingin” dapat berarti mengenai
suhu atau cuaca, atau menunjukkan sikap seseorang.
Pengertian
makna istilah adalah merupakan makna yang bersifat
pasti atau mutlak. Hal ini karena makna istilah hanya digunakan dalam
bidang-bidang tertentu. Contoh makna istilah :
·
Kata dingin di atas jika digunakan dalam
bidang ilmu pengetahuan alam maka memiliki makna pasti menunjukkan suatu suhu.
f)
Makna
Kias dan Lugas
Pengertian
makna kias adalah makna kata atau frase yang biasa
digunakan untuk mengatakan makna secara tidak langsung. Biasa digunakan dalam
majas atau peribahasa. Contoh makna kias :
·
Jangan sampai terjerat lintah darat.
Frase lintah darat menunjukkan makna kias yang berarti rentenir.
Pengertian
makna lugas adalah kebalikan dari makna kias.
Artinya dalam makna lugas terang-terangan menyebutkan makna yang sesungguhnya.
Contoh makna lugas :
·
Sepertinya hamper semua pejabat negara
adalah koruptor.
II.1.4 Syarat-syarat Menentukan Diksi
Dalam
memilih diksi harus mempertimbangkan kesesuaian dan ketepatan kata. Perhatikan
syarat-syarat berikut ini untuk menentukan kesesuaian diksi.
1) Hindari
penggunaan bahasa substandard dalam situasi formal.
2) Menggunakan
kata ilmiah dalam kondisi tertentu saja, selebihnya menggunakan kata popular.
3) Hindari
jargon yang dapat dibaca oleh public.
4) Hindari
pemakaian kata-kata slang (kata non standar dalam percakapan dengan teman
sebaya).
5) Hindari
ungkapan-ungkapan yang telah usang.
6) Hindari
bahasa atau kata artifisial (rangkaian kata seni). Contoh : harum bunga mawar
terberai terbawa angin sampai ke penciumanku.
7) Hindari
penggunaan kata-kata atau kalimat percakapan dalam penulisan.
II.1.5 Hubungan Makna Yang Terbentuk Antar Kata
1)
Sinonim. Merupakan kata yang memiliki
kesamaan makna. Contoh : pintar dengan pandai, kurus dengan langsing.
2)
Antonim. Sekelompok kata yang memiliki makna
yang berlawanan dengan kata lain. Contoh : tinggi dengan pendek, pesel dengan
mancung, dan sebagainya.
3)
Polisemi. Merupakan kata yang menunjukkan
satuan bahasa yang dapat memiliki banyak makna. Contoh : anak asuh, anak
tangga, anak durhaka, dan sebagainya.
4)
Hiponim. Merupakan makna kata yang tercakup
kata lain. Contoh : melati merupakan hiponim dari bunga.
5)
Hipernim. Merupakan makna kata yang mencakup
kata lain. Kebalikan dari hiponim. Contoh : bunga merupakan hipernim dari
melati, mawar, dan lain-lain.
6)
Homonim. Merupakan sekelompok kata yang
memiliki kesamaan ejaan dan bunyi tapi memiliki arti yang berbeda. Contoh : (1)
Hak asuh anak jatuh kepada ibunya; dengan (2) wanita itu memakai sepatu berhak
tinggi. Pada kalimat pertama hak berarti kepemilikan sedangkan pada kalimat
kedua artinya bagian sepatu. Atau (1) ular ini mengeluarkan bisa yang sangat
berbahaya; dengan (2) kamu pasti bisa menghadapinya. Bisa pada kalimat pertama
artinya racun sedangkan bisa pada kalimat kedua artinya kemampuan.
7)
Homofon. Merupakan sekelompok kata yang
memiliki kesamaan bunyi namun ejaan dan arti berbeda. Contoh : (1) bulan ini
saya ,emdapat bunga bank sebesar 3%; dengan (2) bang, pesan siomay satu piring.
8)
Homograf. Kata yang memiliki tulisan sama namum bunyi
dan arti berbeda. Contoh : (1) saya sudah sampai di Serang bu; dengan (2) Andi
diserang kawanan begal.
II.2 KALIMAT EFEKTIF
Kalimat efektif adalah kalimat yang
sesuai dengan kaidah bahasa yang baik ejaan maupun tanda bacanya, sehingga
mudah dipahami oleh pembaca atau pendengarnya. Dengan kata lain, kalimat efektif
mampu menimbulkan kembali gagasan-gagasan pada pendengar atau pembacanya
seperti apa yang dimaksudkan oleh penulis. Suatu kalimat dapat disebut sebagai
kalimat efektif jika memiliki beberapa syarat sebagai berikut :
·
Mudah
dipahami oleh pendengar atau pemacanya.
·
Tidak
menimbulkan kesalahan dalam menafsirkan maksud sang penulis.
·
Menyampaikan
pemikiran penulis kepada pembaca atau pendengarnya dengan tepat.
·
Sistematis
dan tidak bertele-tele.
II.2.1 Prinsip-prinsip Kalimat Efektif
Kalimat efektif memiliki prinsip-prinsip yang harus dipenuhi
yaitu kesepadanan, kepararelan, kehematan kata, kecermatan, ketegasan, kepaduan
dan kelogisan kalimat. Prinsip-prinsip kalimat efektif tersebut akan diuraikan
sebagai berikut :
1.
Kesepadanan Struktur adalah keseimbangan antara gagasan
atau pemiliran dengan struktur bahasa yang dipakai dalam kalimat. Kesepadanan
dalam kalimat ini diperlihatkan dengan adanya kesatuan gagasan dan kesatuan
pikiran. Cirri-ciri kalimat yang memiliki kesepadanan struktur, yaitu :
a) Memiliki subjek dan predikat yang
jelas, misalnya :
·
Bagi
semua siswa kelas 2 harus mengikuti kegiatan study tour (Tidak efektif)
·
Semua
siswa kelas 2 harus mengikuti kegiatan study
tour (Efektif)
Untuk menghindari ketidak jelasan subjek, hindarilah
pemakaian kata depan (Preposisi) di depan subjek.
b) Tidak memiliki subjek yang ganda di
dalam kalimat tunggal. Contoh:
·
Pembangunan
Jalan itu kami dibantu oleh semua warga desa. (Tidak Efektif)
·
Dalam
membangun jembatan itu, kami dibantu oleh semua warga desa. (Efektif)
2. Keparalelan
Bentuk memiliki
kesamaan bentuk kata yang digunakan di dalam kalimat. Yang dimaksud dengan
kesamaan bentuk kata adalah jika kata pertama berbentuk verba, maka kata
selanjutnya berbentuk verba. Namun, jika kata pertama berbentuk nomina, maka
kata selanjutnya berbentuk nomina. Contoh:
·
Langkah-langkah
dalam menulis kalimat efektif adalah memahami, mengetahui, dan pengaplikasian
definisi kaliamt efektif. (Tidak
efektif)
·
Langkah-langkah
dalam menulis kalimat efektif adalah memahami, mengetahui, dan mengaplikasikan
definisi kalimat efektif.
(Efektif)
3. Kehematan
Kata
tidak menggunakan kata-kata atau
frasa yang tidak perlu digunakan. Untuk menghindari pemborosan kata di dalam
kalimat, hal yang harus diperhatikan adalah:
a) Menghindari unsur yang sama pada
kalimat majemuk
Contoh:
·
Saya
tidak suka buah apel dan saya tidak suka duren.
(Tidak efektif)
·
Saya
tidak suka buah apel dan duren.
(Efektif)
b) Menghindari kesinoniman dalam
kalimat
Contoh:
·
Saya
hanya memiliki 3 buah buku saja. (Tidak
efektif)
·
Saya
hanya memiliki 3 buah buku. (Efektif)
c) Menghindari penjamakan kata pada kata
jamak
Contoh :
·
Para
mahasiswa-mahasiswa berunjuk rasa di depan gedung rektorat. (Tidak efektif)
·
Para
mahasiswa berunjuk rasa di depan gedung rektorat. (Efektif)
4.
Kecermatan adalah cermat dan tepat dalam
memilih kata sehingga tidak menimbulkan kerancuan dan makna ganda.
Contoh:
·
Guru
baru pergi ke ruang guru. (Tidak
efektif)
·
Guru
yang baru pergi ke ruang guru. (Efektif)
5.
Ketegasan memberikan penegasan kepada ide
pokonya sehingga ide pokonya menonjol di dalam kalimat tersebut. Berikut cara memberikan penegasan pada
kalimat efektif.
a) Meletakan kata kunci di awal kalimat
Contoh:
·
Sudah
saya baca buku itu. (Tidak efektif)
·
Buku
itu sudah saya baca. (Efektif)
b) Mengurutkan kata secara bertahap.
Contoh:
·
Pertemuan
itu dihadiri oleh menteri pendidikan, gubernur dan presiden. (Tidak efektif)
·
Pertemuan
itu dihadiri oleh presiden, menteri pendidikan dan gubernur. (Efektif)
6. Kepaduan Kalimat efektif memiliki kepaduan
pernyataan sehingga informasi yang disampaikan tidak terpecah-pecah.
Contoh:
·
Budi
membicaran tentang pengalaman liburannya. (Tidak
efektif)
·
Budi
membicarak pengalaman liburannya. (Efektif)
7. Kelogisan dalam kaliamat efektif dapat
diterima atau dimengerti oleh akal dan sesuai dengan kaidah EYD.
Contoh:
·
Waktu
dan tempat kami persilahkan! (Tidak efektif)
·
Bapak
kepala sekolah kami persilahkan! (Efektif)
II.2.2 Contoh-contoh Kalimat Efektif
1) Karena tidak tidur semalaman, dia
terlambat datang ke sekolah.
2) Dia memakai baju merah.
3) Sesudah dipahami dan dihayati
pancasila harus diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.
4) Tugas itu bagi saya sangat mudah.
5) Semua mahasiswa diwajibkan membayar
uang kuliah sebelum tanggal 26 Februari 2015.
6) Saya sedang membuat nasi goreng.
7) Selanjutnya, saya akan menjelaskan pentingnya
air bagi kehidupan.
II.3 Alinea atau Paragraf
Sebuah
paragraf (dari bahasa Yunani paragraphos,
"menulis di samping" atau "tertulis di samping") adalah
suatu jenis tulisan yang memiliki tujuan atau ide. Awal paragraf ditandai
dengan masuknya ke baris baru. Terkadang baris pertama dimasukkan;
kadang-kadang dimasukkan tanpa memulai baris baru. Dalam beberapa hal awal
paragraf telah ditandai oleh pilcrow
(¶).
Sebuah
paragraf biasanya terdiri dari pikiran, gagasan, atau ide pokok yang dibantu
dengan kalimat pendukung. Paragraf non-fiksi biasanya dimulai dengan umum dan
bergerak lebih spesifik sehingga dapat memunculkan argumen atau sudut pandang.
Setiap paragraf berawal dari apa yang datang sebelumnya dan berhenti untuk
dilanjutkan. Paragraf umumnya terdiri dari tiga hingga tujuh kalimat semuanya
tergabung dalam pernyataan berparagraf tunggal. Dalam fiksi prosa, contohnya;
tapi hal ini umum bila paragraf prosa terjadi di tengah atau di akhir. Sebuah
paragraf dapat sependek satu kata atau berhalaman-halaman, dan dapat terdiri
dari satu atau banyak kalimat. Ketika dialog dikutip dalam fiksi, paragraf baru
digunakan setiap kali orang yang dikutip berganti.
II.3.1 Fungsi
Alinea
1) Penampung
fragmen pikiran atau ide pokok.
2) Alat
untuk memudahkan pembaca memahami jalan pikiran pengarang.
3) Alat
bagi pengarang untuk mengembangkan jalan pikiran secara sistematis.
4) Pedoman
bagi pembaca mengikuti dan memahami alur pikiran pengarang.
5) Alat
untuk penyampai fragmen pikiran atau ide pokok pengarang kepada para pembaca.
6) Sebagai
penanda bahwa pikiran baru dimulai.
7) Dalam
rangka keseluruhan karangan paragraph dapat berfungsi sebagai pengantar,
transisi, dan penutup (konklusi).
II.3.2 Unsur-unsur Alinea
1) Ide
pokok yaitu ide pembicaraan atau masalah yang bersifat abstrak. Ide pokok
biasanya berupa kata, frase atau klausa.
2) Kalimat
topik yaitu perwujudan pernyataan ide pokok dalam bentuk yang masih abstrak.
3) Ide
pengembang yaitu rincian atau penjelasan ide pokok dalam bentuk yang kongkret.
4) Kalimat
penegas yaitu kalimat yang berfungsi menegaskan dengan cara mengulang bentuk
kalimat topic pada bagian akhir paragraph.
5) Transisi
yaitu mata rantai penghubung paragraph. Transisi berfungsi sebagai penunjang
koherensi atau kepaduan antar kalimat, antar paragraph dalam suatu karangan.
II.3.3 Macam-macam Alinea
1.
Menurut
fungsinya :
a)
Alinea
Pembuka
·
Menghantar pokok pembicaraan.
·
Menarik minat dan perhatian pembaca.
·
Menyiakan pikiran pembaca untuk
mengetahui isi seluruh karangan.
Bentuk-bentuk
yang dapat dipakai sebagai bahan menulis alinea pembuka, yaitu
·
Kutipan, peribahasa, anekdot.
·
Uraian bagaimana pentingnya pokok
pembicaraan.
·
Suatu tantangan atas pendaoat atau
pernyataan seseorang.
·
Uraian tentang pengalaman pribadi.
·
Uraian mengenai maksud dan tujuan
penulisan.
·
Sebuah pernyataan.
b)
Alinea
Pengembang / Isi
·
Mengemukakan inti persoalan.
·
Member ilustrasi atau contoh.
·
Menjelaskan hal yang diuraikan pada
alinea berikutnya.
·
Meringkas alinea sebelumnya.
·
Mempersiapkan dasar atau landasan untuk
simpulan
c)
Alinea
Penutup
Alinea ini berisikan simpulan bagian karangan.
Merupakan pernyataan kembali maksud penulis. Hal-hal yang perlu diperhatikan
adalah
·
Sebagai penutup, alinea ini tidak boleh
terlalu panjang.
·
Isi alinea berisi simpulan sebagai
cermnan inti sebluruh uraian.
·
Alinea ini hendaknya memberikan kesan
yang mendalam bagi pembaca.
2.
Menurut
posisi kalimat topik :
a)
Alinea
Deduktif adalah alinea yang kalimat utamanya terletak diawal
kalimat, diikuti oleh kalimat penjelas.
Contoh :
Semua
isi alam ciptaan Tuhan. Ciptaan Tuhan yang paling
berkuasa di dunia ini ialah manusia. Manusia diizinkan oleh Tuhan memanfaatkan
isi ala mini sebaik-baiknya. Akan tetapi, tidak diizinkan menyiksa mengabaikan,
dan menyia-nyiakannya.
b)
Alinea
Induktif adalah alinea yang kalimat utamanya terletak di
akhir. Alinea ini diawali dengan kalimat-kalimat penjelas dan diakhiri dengan
kalimat utama.
Contoh :
Harga
beras minggu yang lalu Rp 1.000,00/kg,
kini sudah menjadi Rp 1.100,00. Gula pasir biasanya Rp 1.250,00/kg telah
berubah menjadi Rp 1.300,00/kg. minyak goreng, susu bubuk, dan tepung terigu
juga mengalami kenaikan meskipun tidak terlalu besar. Kelihatannya harga sebagian barang pokok terus bergerak naik.
c) Alinea Dedukif-Induktif (Gabungan) adalah
alinea yang kalimat utamanya terletak diawal paragraph dan ditampilkan kembali
diakhir paragraph untuk penegasan.
Contoh :
Pemerintah
menyadari bahwa rakyat Indonesia memerlukan rumah murah, sehat dan kuat.
Departemen PU sudah lama menyelidiki bahan rumah yang murah, tetapi kuat.
Agaknya bahan perlit yang diperoleh dari batu-batuan gunung berapi sangat
menarik perhatian para ahli. Bahan ini tahan api dan tahan air. Lagi pula,
bahan perlit dapat dicetak menurut keinginan seseorang. Usaha ini menunjukkan bahwa pemerintah berusaha membangun rumah murah,
sehat dan kuat untuk memenuhi keperluan rakyat.
d)
Alinea
Penuh adalah alinea yang kalimat utamanya terletak disemua
kalimat. Alinea ini biasanya berupa uraian yang berupa deskripsi atau karangan
yang bersifat narasi.
Contoh :
Pagi
hari aku duduk di bangku panjang dalam taman di belakang rumah. Matahari belum
tinggi benar, baru sepenggalah. Sinar matahari pagi menghangatkan badan.
Didepanku bermekaran bunga beraneka ragam. Kuhirup hawa pagi yang segar
sepuas-puasnya.
3.
Berdasarkan
sifat isinya :
a)
Persuasi
/ Persuasif adalah alinea yang berisi ajakan,
mempengaruhi pembaca.
Contoh :
Deterjen
in tidak hanya cocok dipakai untuk mencucibahan yang kasar, etapi cocok juga
untuk mencuci bahan yang halus seperti sutra. Selain itu, deterjen baru ini
dapat juga dipakai untuk mencuci perabot dapur. Lagi pula, perabotan yang
dicuco dengan bubuk deterjen ini warnanya tidak akan pudar.
b)
Argumentasi
/ Argumentatif adalah alinea yang berisikan pembahasan
tentang sesuatu yang berisikan bukti-bukti dan alas an-alasan yang mendukung.
Contoh :
Tenaga
kerja di Pulau Jawa, Bali, Madura dan Lombok kelebihan, sedangkan di
pulau-pulau lain kekurangan. Oleh sebab itu, sebagian tenaga kerja dari keempat
pulau tersebut dipindahkan ke pulau-pulai lan yang kekurangan tenaga kerja.
Dengan demikian, akan terjadi pemerataan tenaga kerja di Indonesia.
c)
Deskripsi
/ Deskriptif alinea yang berisikan tentang gambaran
objek atau lukisan objek secara rinci.
Contoh :
Tempat
pensil kesukaan adikku. Setiap hari tak pernah lupa dibawanya. Warnanya biru
dihiasi motif bulan sabit yang tersenyum berwarna kunging. Segala macam
perlengkapan tulis-menulis disimpan rapi di sana. Terkadang kepingan uang receh
pun juga diletakannya di tempat pensil hadiah ulang tahunnya itu. Lucunya
tempat perlengkapan alat tulis ini ada kaca kecilnya.
d)
Eksposisi
/ Eksposisitoris alinea yang memaparkan suatu bentuk
kejadian atau peristiwa yang berupa fakta-fakta, atau lukisan peristiwa.
Contoh :
Panen
padi di beberapa desa di Jawa Tengah terancam gagal. Musim kemarau yang
berkepanjangan membuat padi yang ditanam mengalami kekeringan. Ditambah lagi
hama tikus juga menambah kendala terancamnya gagal panen ini. Kekeringan ini
mulai terasa semenjak usai tanam, hujan tidak pernah turun mengakibatkan debit
air di beberapa irigasi dibaah batas ambang normal, bahkan ada yang benar-benar
kering.
e)
Narasi
/ Naratif adalah alinea yang berisikan penceritaan atau
berbentuk cerita.
Contoh :
Libur
semester kemarin aku pergi ke Bali. Senangnya dapat menikmati liburan di Pulau
Seribu Pura tersebut. Tidak disangka-sangka aku bertemu dengan teman SMA yang berlibur bersama keluarganya.
Semakin menarik saja suasana liburanku.
II.3.4 Syarat-syarat Pembentukan Alinea
1.
Kesatuan
(Unity)
Jadi
kesatuan atau unity bukanlah berarti
satu atau singkat kalimatnya, melainkan berarti kalimat-kalimat yang ada dalam
paragraf tersebut menyatu untuk mendukung pikiran utama sehingga merupakan satu
kesatuan yang utuh. Jadi tiap alinea / paragraf hanya boleh mengandung satu pikiran
atau tema. Contoh paragraf yang memenuhi persyaratan kesatuan.
Masalah mahasiswa di Indonesia umum
sekali. Mereka kebanyakan sulit untuk sepenuhnya memusatkan perhatian pada
studi mereka. Kebanyakan dari mereka adalah pemuda-pemuda dari keluarga biasa
yang kurang mapu. Para mahasiswa itu pun mencari pekerjaan. Oleh karena itu
selama belajar mereka kadang-kadang terganggu oleh keadaan ekonomi.
Apabila paragraf
diatas kita analisis, akan kita temukan.
Pikiran
utama : masalah umum dalam dunia mahasiswa
Pikiran
penjelas : sulit memusatkan perhatian, berasalah
dari keluarga biasa, terganggu oleh ekonomi.
Unsure-unsur penunjang
pada paragraf di atas benar-benar mendukung gagasan utama. Dengan perkataan
lain, unsur-unsur penunjang paragraf tersebut membentuk kesatuan ide (unity).
2.
Kepaduan
(Koherensi)
Kepaduan
akan terjadi apabila hubungan timbale balik antara kalimat-kalimat yang membina
paragraf tersebut, baik, wajar, dan mudah dipahami tanpa kesulitan. Pembaca
dengan mudah mengikuti jalan pikiran penulis, tanpa merasa bahwa ada sesuatu
yang menghambat atau semacam jurang yang memisahkan sebuah kalimat dari kalimat
lainnya, tidak terasa loncatan-loncatan pikiran yang membingungkan. Contoh
paragraf menggunakan transisi yang benar :
Perkuliahan
bahasa Indonesia sering dapat membosankan, sehingga tidak dapat perhatian sama
sekali dari mahasiswa. Hal ini disebabkan bahwa kuliah yang disajikan
dosen sebenarnya merupakan masalah yang sudah diketahui mahasiswa, atau
merupakan masalah yang tidak diperlukan mahasiswa. Di samping itu
mahasiswa yang sudah memperlajari bahasa Indonesia sejak mereka duduk di bangku
sekolah dasar atau sekurang-kurangnya sudah mempelajari bahasa Indonesia selama
dua belas tahun, merasa sudah mampu menggunakan bahasa Indonesia. Akibatnya
memilih atau menentukan bahan kuliah yang akan diberikan kepada mahasiswa
merupakan kesulitan tersendiri bagi pada pengajar.
Perhatikan kaa atau frase transisi yang
digunakan (digarisbawahi) menaakan hubungan kalimat. Tanpa menggunakan frase
transisi ini tulisan di atas akan terpotong-potong dan hubungan antara kalimat
tidak jelas.
3.
Kejelasan
Suatu paragraf dikatakan lengkap,
apabila kalimat topic ditunjang oleh sejumlah kalimat penjelas. Tentang
kalimat-kalimat penjelas ini sudah dibicarakan di bagian awal tulisan ini,
yaitu pada unsur-unsur paragraf. Kalimat-kalimat penjelas penunjang utama atau
penunjang kedua harus benar-benar menjelaskan pikiran utama, agar paragraf
tersebut memiliki kejelasan sehingga mudah dipahami.
II.3.5 Tujuan Pembuatan Alinea
1. Memudahkan
pengertian dan pemahaman dengan menceraikan suatu tema dari tema yang lain.
Oleh sebab itu alinea hanya boleh mengandung suatu tema, bila terdapat dua
tema, maka dipecahkan menjadi dua alinea.
2. Memisahkan
dan menegaskan perkataan secara wajar dan formal, untuk memungkinkan kita
berhenti lebih lama daripada perhatian pada akhir kalimat. Dengan perhentian
yang lebih lama ini, konsentrasi terhadap tema alinea lebih terarah.
BAB
III
SIMPULAN
Pilihan kata (diksi) pada dasarnya
adalah hasil dari upaya memilih kata tertentu untuk dipakai dalam kalimat,
alinea, atau wacana. Pemilihan kata akan dapat dilakukan bila tersedia sejumlah
kata yang artinya hampir sama atau bermiripan. Adapun fungsi diksi yaitu, mudah
dipahami dan mendapatkan tujuan. Makna pemilihan kata yaitu, makna denotasi dan
kotonasi, makna leksikal dan gramatikal, makna referensial dan nonreferensial,
makna konseptual dan asosiatif, makna kata dan istilah, makna kias dan lugas.
Kalimat
efektif adalah kalimat yang sesuai dengan kaidah bahasa yang baik ejaan maupun
tanda bacanya, sehingga mudah dipahami oleh pembaca atau pendengarnya. Dengan
kata lain, kalimat efektif mampu menimbulkan kembali gagasan-gagasan pada pendengar
atau pembacanya seperti apa yang dimaksudkan oleh penulis. Prinsip-prinsip
kalimat efektif yaitu, kesepadanan struktur, keparalelan bentuk, kehematan
kata, kecermatan, ketegasan, kepaduan dan kelogisan.
Sebuah paragraf (dari bahasa Yunani paragraphos, "menulis di
samping" atau "tertulis di samping") adalah suatu jenis tulisan
yang memiliki tujuan atau ide. Awal paragraf ditandai dengan masuknya ke baris
baru. Terkadang baris pertama dimasukkan; kadang-kadang dimasukkan tanpa memulai
baris baru. Dalam beberapa hal awal paragraf telah ditandai oleh pilcrow (¶). Unsure-unsur alinea yaitu
ide pokok, kalimat topic, ide pengembang, kalimat penegas dan transisi.
DAFTAR
PUSTAKA
KelasIndonesia. Pengertian Diksi dan
Contoh Lengkapnya. Ttersedia : http://www.kelasindonesia.com/2015/05/pengertian-diksi-dan-contohnya-lengkap.html
[03 November 2015]
KelasIndonesia. Pengertian Kalimat Efektif Beserta Contoh. Tersedia : http://www.kelasindonesia.com/2015/02/pengertian-kalimat-efektif-adalah-beserta-contoh-lengkap.html
Wahyuni,
Intan (2011). Alinea atau Paragraf. Tersedia : http://dokumen.tips/documents/makalah-alinea-atau-paragraf.html
[03 November 2015]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan berkomentar dengan konten yang baik :